Senin, 06 September 2010

Unsur dan Periodisitas

Ditulis oleh Taro Saito pada 25-10-2009

Unsur-unsur didapatkan dalam berbagai wujud dan dapat berupa atom, ion, serta senyawa. Suatu unsur dapat memiliki beberapa isotop dengan nomor atom yang sama. Bila unsur-unsur dikelompokkan atas dasar kemiripan sifat, baik sifat atom maupun senyawanya, dihasilkanlah sistem periodik. Kimia telah mencapai perkembangan yang sangat cepat dalam usaha memahami sifat semua unsur. Sistem periodik unsur telah memainkan peran yang sangat penting dalam penemuan zat baru, serta klasifikasi dan pengaturan hasil akumulasi pengetahuan kimia. Sistem periodik merupakan tabel terpenting dalam kimia dan memegang peran kunci dalam perkembangan sains material. Berdasarkan jenis penyusunan atomiknya senyawa anorganik diklasifikasikan atas senyawa molekular dan padatan.

1.1 Asal-usul dan distribusi unsur

Semua zat di alam ini tersusun atas unsur-unsur. Menurut teori yang saat ini diterima, hidrogen dan helium dihasilkan pertama sekali sesaat setelah Big Bang, kira-ira 15 juta tahun lalu. Selanjutnya, unsur-unsur dengan nomor atom lebih kecil dari 26 (sebelum besi dalam sistem periodik) dibentuk oleh fusi inti dalam bintang-bintang muda, unsur-unsur yang lebih berat dihasilkan oleh reaksi inti yang rumit yang menyertai pembentukan dan peluruhan bintang. Di alam semesta, kelimpahan hidrogen dan helium sangat besar, hidrogen (77 % massa) dan helium (21 % massa) dan semua unsur lain hanya sekitar 2%. Urutan unsur-unsur berdasarkan kelimpahannya adalah sebagai berikut:

urutan unsur2

Subskrip menunjukkan nomor atom, sedang superkripnya menunjukkan nomor massanya.

1.2 Penemuan unsur

Keyakinan yang sudah lama ada, yakni bahwa semua zat terdiri atas atom, dilihat dari rentang waktu sejarah baru saja dibuktikan; walaupun unsur-unsur, seperti karbon, belerang, besi, tembaga, perak, emas, raksa, timbal, dan timah, telah lama dianggap berperilaku mirip atom. Tepatnya apa yang menyusun unsur telah dikenali dengan tumbuhnya kimia modern sejak masa alkemi, dan sekitar 25 unsur telah dikenal di abad ke-18. Sekitar 60 unsur telah dikenali di pertengahan abad ke-19, dan periodisitasnya telah diamati pula.

Unsur teknesium (Z = 43), yang “hilang” dari sistem periodik disintesis dengan reaksi inti Mo tahun 1937, dan unsur terakhir yang tidak ditemukan prometium (Z = 61) didapatkan dalam produk fisi uranium di tahun 1947. Neptunium (Z = 93), unsur dengan nomor atom lebih besar dari uranium (Z = 92), disintesis pertama sekali tahun 1940. Kini ada 103 unsur yang telah diberi nama. Walaupun keberadaan unsur dengan Z = 104 – 111 telah dikonfirmasi, unsur-unsur ini tidak signifikan dalam kimia anorganik, karena

sampai saat ini unsur-unsur ini baru diproduksi dalam jumlah yang sangat kecil. Semua unsur trans-uranium bersifat radioaktif, dan beberapa unsur dengan nomor atom lebih kecil dari Z = 92, yakni teknesium, prometium, dan unsur-unsur setelah polonium juga bersifat radioaktif. Waktu paruh (lihat bagian 7.2) polonium, astatin, radon, aktinium, dan protoaktinium sangat pendek. Sejumlah teknesium 99Tc yang cukup telah didapatkan dari produk fisi. Karena unsur ini radioatf, penanganan 99Tc cukup sukar, sama seperti isotop radioaktif lain, dan akibatnya kimia unsur ini kurang berkembang dibandingkan kimia mangan dan renium yang segolongan.

Unsur ekivalen dengan alfabet dalam bahasa, semua zat terbuat dari kombinasi unsur, persis dengan semua kalimat yang mungkin hanya tersusun dari 26 huruf dalam alfabet.

1.3 Struktur elektron unsur

Fungsi gelombang elektron dalam atom disebut orbital atom. Orbital atom diungkapkan dengan menggunakan tiga bilangan kuantum; bilangan kuantum utama, n; bilangan kuantum azimut, l; dan bilangan kuantum magnetik, ml. Untuk setiap bilangan kuantum utama n, terdapat n bilangan kuantum azimut dari nilai 0 sampai n-1, dan masing-masing berkaitan dengan orbital berikut:

l : 0, 1, 2, 3, 4, …

s, p, d, f, g, …

Suatu orbital atom diungkapkan dengan kombinasi n dan l. Misalnya, n = 3 dan l = 2 untuk orbital 3d. Terdapat 2l+1 nilai ml untuk setiap nilai l, yakni l, l-1, l-2, …, -l. Akibatnya terdapat satu orbital s, tiga orbital p, lima orbital d dan tujuh orbital f. Tiga bilangan kuantum yang telah disebutkan tadi digunakan untuk mengungkapkan distribusi elektron dalam atom yang setipe dengan hidrogen, dan bilangan kuantum lain ms (1/2, -1/2) yang mendeskripsikan arah spin elektron diperlukan untuk secara lengkap mendeskripsikan keadaan elektron. Jadi keadaan elektron didefinisikan dengan empat bilangan kuantum (n, l, ml, ms). Fungsi gelombang ψ yangmenentukan bentuk orbital dapat diungkapkan sebagai hasil kali fungsi gelombang radial R dan fungsi gelombang angular Y:

gelombang angular y

R merupakan fungsi jarak dari inti, Y mengungkapkan komponen sudut orbital. Bentuk orbital ditunjukkan di Gambar 1.1. Karena kebolehjadian keberadaan elektron sebanding dengan kuadrat fungsi gelombang, peta kerapatan elektron mirip dengan fungsi gelombangnya. Syarat berikut harus dipenuhi bila setiap orbital diisi elektron.

http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-anorganik-universitas/unsur-dan-periodisitas/unsur-dan-periodisitas/?utm_source=feedburner&utm_medium=feed&utm_campaign=Feed%3A+chem-is-try+%28Chem-Is-Try.Org+|+Situs+Kimia+Indonesia+|%29&utm_content=Yahoo!+Mail

Vincent du Vigneaud, Penerima Hadiah Nobel Kimia tahun 1955

Ditulis oleh Diah FI pada 25-10-2009

vincent-du-vigneaudVincent du Vigneaud, , Penerima Hadiah Nobel Kimia tahun 1955, dilahirkan di Chicago, Illinois pada tanggal 18 Mei 1901, sebagai anak laki-laki dari penemu baru-baru ini dan desainer mesin Alfred J. du Vigneaud dan istrinya, Mary Theresa. Ia belajar di bawah bimbingan profesor C.S. Marvel di Universitas Illinois dan mendapatkan gelar B.Sc. pada tahun 1923 dan M.Sc. pada tahun 1924.

Selama tahun 1924-1925, ia adalah asisten ahli biokimia Dr. W.G. Farr di Rumah Sakit Umum Philadelphia dan bekerja sebagai Sekolah Kedokteran di Universitas Pennsylvania. Pada tahun 1927, ia bekerja dengan Profesor J.R. Murlin dan mengajukan tesis ke Sekolah Kedokteran di Universitas Rochester yang memberikannya gelar Ph.D. Sebagai seorang penerima beasiswa Dewan Penelitian Nasional, ia bekerja dengan Profesor J.J. Abel di Sekolah Medis Universitas Johns Hopkins, dengan Profesor George Barger di Sekolah Medis Universitas Edinburgh dan bekerja dengan Profesor Charles R. Harrington di Rumah Sakit Universitas London.

Sekembalinya ke Amerika, du Vigneaud bergabung sebagai Staf Kimia Fisiologis di Universitas Illinois dengan bimbingan Profesor W.C. Rose dan pada tahun 1932, ia menjadi Kepala Departemen Biokimia di Sekolah Kedokteran Universitas George Washington. Sekolah Medis Universitas Cornell menawarkannya beasiswa profesor sebagai kepala Departemen Biokimia pada tahun 1938.

Du Vigneaud telah menerima banyak beasiswa sebagai pengajar di berbagai universitas di Inggris dan Amerika Serikat, di antaranya yang terbaru adalah beasiswa Liversidge di Cambridge, dan pada musim panas tahun 1947 ia adalah Dosen Tamu di Yayasan Amerika Swiss untuk Pertukaran Ilmu Sains di Swiss. Bahan kuliahnya di Universitas Cornell dipublikasikan pada tahun 1952, dengan judul A Trail of Research in Sulphur Chemistry and Metabolism and Related Fields(Jejak Perjalanan Kimia Sulfur dan Metabolisme serta Bidang Terkait) . Banyak himpunan kimia terpelajar di Amerika yang memberi du Vigneaud penghargaan dan ia menerima Medali Chandler dari Universitas Columbia pada tahun 1955 dan Medali Willard Gibbs dari Himpunan Kimia Amerika setahun berikutnya. Gelar doktor sains kehormatan didapatkannya dari Universitas New York dan Yale pada tahun 1955, dan dari Universitas Illinois pada kampanye Urbana pada tahun 1960.

Beasiswa kehormatan telah diberikan kepada du Vigneaud oleh Royal Society Edinburgh, Himpunan Kimia dan Institut Kimia Royal, di London. Ia telah dipilih sebagai penerima beasiswa dari banyak universitas ilmiah, dan diantaranya yang patut dicatat adalah Dewan Komisaris Institut Rockefeller dan Institut Arthritis dan Penyakit Metabolisme Nasional.

Penelitiannya terfokus utama pada senyawa biokimia yang mengandung sulfur, terkonsentrasi pada sulfur di insulin, dan yang terbaru adalah mempelajari dua hormon oksitoksin dan vasopressin dari kelenjar posterior di bawah otak. Ia juga mempelajari metabolisme antara , asam amino dan peptida, transmetilasi dan metabolisme senyawa karbon, transulfurasi, biotin dan penisilin.

Vincent du Vigneaud meninggal pada tanggal 11 Desember 1978.

http://www.chem-is-try.org/tokoh_kimia/vincent-du-vigneaud-penerima-hadiah-nobel-kimia-tahun-1955/?utm_source=feedburner&utm_medium=feed&utm_campaign=Feed%3A+chem-is-try+%28Chem-Is-Try.Org+|+Situs+Kimia+Indonesia+|%29&utm_content=Yahoo!+Mail

Rute baru menuju asam amino

Kata Kunci: ,
Ditulis oleh Masdin Mursaha pada 26-10-2009

new-face-007Ilmuwan Amerika Serikat telah menemukan sebuah cara baru untuk membuat sekelompok asam amino non-natural yang banyak digunakan sebagai komponen obat dan katalis-katalis kiral. Para peneliti ini menyebutkan bahwa metode mereka dapat ditingkatkan skalanya dan menawarkan pendekatan yang lebih ekonomis dan ramah lingkungan untuk mensintesis asam-asam amino ini.

Asam alfa-amino merupakan satuan pembentuk protein tetapi kebanyakan aplikasi memerlukan penggunaan asam-asam amino yang murni secara enantiomer. Sintesis Strecker – reaksi sebuah imin atau ekivalen imin dengan hidrogen sianida, diikuti dengan hidrolisis nitril – merupakan sebuah metode standar untuk menghasilkan asam-asam alfa-amino. Akan tetapi, masih cukup menantang untuk menggunakan metode ini dalam menghasilkan asam amino yang murni dari segi enantiomer dalam skala besar.

Kini, Stephan Zuend dan rekan-rekannya di Eric Jacobsen’s Group di Harvard University, Massachusetts, US, telah menambahkan sebuah tambahan kedalam metode standar ini dengan mengidentifikasi sebuah katalis asal urea kiral untuk mengontrol tahapan hidrosianasi kunci. Hasilnya adalah proses ini memungkinkan sintesis Strecker asimetrik katalitik, dan dapat ditingkatkan skalanya.

“Metode-metode yang telah dilaporkan untuk membuat jenis-jenis asam amino ini umumnya menggunakan kuantitas stokiometri dari sebuah sumber sianida biasa dan sering berbahaya serta mahal seperti trimetilsilil sianida,” papar Zuend. “Dengan menggunakan sedikit katalis kiral dan dengan menggunakan sumber sianida yang ekonomis, potasium sianida, kita menghasilkan lebih sedikit limbah dan mengurangi bahaya-bahaya potensial dalam pelaksanaan proses kimia ini.”

new-body-007
Mekanisme katalitik yang diusulkan. Struktur-struktur dalam tanda kurung adalah intermediet pasangan ion iminium/sianida yang secara langsung mendahului pembentukan ikatan C-C.

Andreas Bommarius, seorang ahli biokatalis di Georgia Institute of Technology, di Atlanta, US, berpendapat penelitian ini merupakan sebuah kemajuan besar. “Penemuan ini menghasilkan sebuah proses katalitik yang praktis dan dapat ditingkatkan skalanya.” Zuend melaporkan bahwa peneliti-peneliti lain dalam Jacobsen group sebelumnya telah menggunakan beberapa asam amino utuk membuat katalis-katalis terbaru yang sebelumnya sangat sulit dibuat sebelum penelitian baru ini.

“Implikasi penelitian ini adalah bahwa industri bisa menggunakan metode ini untuk skala besar karena skalanya dapat ditingkatkan,” pungkas Phil Page, seorang kimiawan organik di University of East Anglia, UK. Akan tetapi, Page menyebutkan bahwa meskipun metode-metode asimetris katalitik yang diketahui untuk reaksi Strecker baru dilakukan pada skala sekitar satu gram, namun ini tidak berarti bahwa metode-metode tersebut tidak dapat ditingkatkan skalanya juga. “Metode-metode baru yang ditemukan dalam laboratorium lazimnya memang dilakukan dalam skala kecil,” tambahnya.

Tetapi Zuend mengakui bahwa peningkatan skala metode baru ini dari skala lab ke skala industri masih menjadi sebuah permasalahan. “Satu hal yang perlu dilakukan adalah menentukan seberapa efisien transformasi dapat dilakukan pada skala kilogram atau yang lebih besar, yang mana kita tidak dapat melakukannya dalam laboratorium.”

Adapted from: chemistryworld

http://www.chem-is-try.org/artikel_kimia/biokimia/rute-baru-menuju-asam-amino/?utm_source=feedburner&utm_medium=feed&utm_campaign=Feed%3A+chem-is-try+%28Chem-Is-Try.Org+|+Situs+Kimia+Indonesia+|%29&utm_content=Yahoo!+Mail

Minggu, 14 Maret 2010

Cerpen Kimia : Argon Si Pemalas

Kata Kunci: argon, cerpen kimia
Ditulis oleh Halimah Pakot pada 24-10-2009

argon-malas“Ar, bangun! Dah siang nih, pemalas banget sih?”

“Mm..kak Neon masih ngantuk, semalam kan aku ngisi lampu pijar di rumah manusia, jadi masih ngantuk…”

“Ah alasan, kakak juga semalam beracting jadi lampu iklan di jalan-jalan manusia, tapi bangunku selalu pagi-pagi gak pernah keduluan sama ayam, gak kayak kamu”

“Ah…bising-bising, masih ngantuk…hus..hus…keluar!”

“Argon!!!”

“Apalagi sih kak?”

“Gak, kakak pergi dulu ya, daah adikku yang malas”

“Dasar! Ganggu orang tidur aja”

Selalu saja mengejekku seperti itu,bahkan William Ramsay yang pernah menemukanku waktu aku tersesat bilangnya juga begitu, kalau aku ini sipemalas, sampai-sampai dia memanggilku dalam bahasa Yunani Argos. Kau tahu apa arti Argos?Argos artinya malas. Apa kemalasan ku nyampe segitunya? Sebenarnya aku tidak begitu malas, hanya tubuhku yang terbuat dari gas ini mempunyai sifat yang Inert. Coba saja bayangkan kalau kalian nyari gas mulia (nama klan keluargaku) yang paling banyak beredar di dunia manusia tepatnya di udara maka akulah orangnya, soalnya kadarku saja nyampe 0,93% dari udara kering, bebas uap air lagi.Bahkan di inggris aku sering digunakan sampai 30.000 per ton. Terutama untuk atmosfir pengelasan logam.

Huaaah…masih ngantuk, tidur lagi ah….

ZZZ….ZZZ…ZZZ..!!!!@%^&&*

Bangun tidur…tidur lagi

Bangun lagi….tidur lagi…

Bangun…tidur lagi…

Suara nyanyiannya Mbah surip yang kujadikan nada dering ponselku terus mengganggu

“Hallo….” Mataku setengah terpejam mengangkat telepon

“Masih tidur Ar, ni dah jam berapa sayang?” Ternyata Kakakku Helium

“Mmm…masih pagi kali”

“Masa matahari dah di ubun-ubun ngomong masih pagi”

“Hah…!! Dah siang!! Aku lupa…harus membantu manusia membuat Roket!! Aduh gimana nih?kok kak Neon gak bangunin aku lagi….gimana sih? Kak Neon…!kak Neon…!! Eh lupa kak Neon kan tadi dah pergi. Adik-adiku yang manis aja, Krypton…! Xenon…!Radon…!!pada kemana sih?”

“Mereka semuanya dah pergi Argon adikku sayang”

“Waah aku dirumah alone dong. Aduh…dah terlambat nih,dah dulu ya kak ”

Beberapa saat kemudian Argon berlari-lari kecil dari rumahnya no 18 gang 3 blok VIIIA di kota Sistem Periodik Unsur menuju manusia untuk membantu manusia menjadi bahan untuk pembuatan Roket

http://www.chem-is-try.org/artikel_kimia/tips_dan_opini/cerpen-kimia-argon-si-pemalas/?utm_source=feedburner&utm_medium=feed&utm_campaign=Feed%3A+chem-is-try+%28Chem-Is-Try.Org+|+Situs+Kimia+Indonesia+|%29&utm_content=Yahoo!+Mail

Asam basa Lewis, Asam basa dan Redoks

Ditulis oleh Taro Saito pada 24-10-2009

Asam basa Lewis

Sementara konsep asam basa Brønsted terbatas pada transfer proton, asam Lewis A biasanya didefinisikan sebagai akseptor pasangan elektron dan basa Lewis B sebagai donor, pasangan elektron. Asam A dan basa :B terikat membentuk aduk A:B. Misalnya, asam Lewis BF3 dan basa bas Lewis OEt2 (dietileter) membentuk aduk F3B:OEt2. Kestabilannya meningkat dengan terbentuknya oktet di sekitar boron ketika terbentuk aduk. Kestabilan aduk diungkapkan dalam konstanta kesetimbangan reaksi :

konstanta kesetimbangan reaksi

Oleh karena itu, keasaman Lewis diukur dengan membandingkan Kf terhadap basa yang sama :B.

Karena proton juga merupakan akseptor elektron, asam Brønsted adalah kasus spesial definisi asam yang lebih umum yakni Lewis. Menurut definisi ini, ikatan koordinat antara logam transisi (asam Lewis) dan ligan (basa Lewis) juga merupakan reaksi asam basa.

V. Gutmann mengusulkan negatif entalpi pembentukan (dalam satuan kkal.mol-1) dari aduk (Cl5Sb-Sol) dari suatu pelarut Sol (solvent) dengan asam standar (SbCl5) dalam dikhloroetana sebagai ukuran kebasaan Lewis pelarut. Bilangan ini disebut bilangan donor (donor number (D.N.)) pelarut. Di pihak lain, pergeseran kimia 31P NMR dari Et3P dalam pelarut didefinisikan sebagai ukuran keasaman Lewis pelarut dan disebut dengan bilangan akseptor (acceptor number (A.N.)). Klasifikasi asam basa keras lunak R. G. Pearson mengklasifikasikan asam basa Lewis sesuai dengan kekerasan dan kelunakannya. Klasifikasi ini merupakan perluasan dari teori yang awalnya dikembangkan oleh S. Ahrland, J. Chatt, dan N. R. Davies, yang mengusulkan agar kation logam diklasifikasikan dalam urutan konstanta kestabilan pembentukan kompleksnya dengan anion halida Kf. Urutannya adalah I <>f untuk ion logam yang masuk klas a, dan urutannya mengikuti f <>perbatasan.

Yang harus dicatat adalah Kf cenderung bernilai besar dengan bergabungnya asam keras dan basa keras, atau asam lunak dan basa lunak. Bila konsep ini diperluas dari kation sederhana dan anion halida ke asam dan basa Lewis umum, asam basa tadi dapat diklasifikasikan dengan afinitas asam basa keras lunak. Asam basa keras lunak yang khas ditunjukkan di Tabel 3.3.

klasifikasi asam basa

Ungkapan kualitatif “kelunakan” adalah bentuk pengungkapan dengan bahasa lain “kemudahan polarisasi” dan “semakin besarnya kontribusi kovalensi dari ikatan ion dalam ikatan”. Kation alkali dan alkali tanah serta aluminum adalah asam keras dan kation merkuri, tembaga, perak, dan emas, dsb. termasuk kelas lunak. Sementara oksida adalah anion keras, sulfida dan senyawa fosfor adalah anion lunak. Dalam mineral di kerak bumi, aluminum yang keras dan oksofilik (suka pada oksigen) didapatkan sebagai oksida, dan kadmium, yang lunak dan kalkofilik ditemukan sebagai sulfida

Asam basa dan redoks

Beberapa orang mencampuradukkan asam basa dan redoks. Kebingungan ini pertama disebabkan oleh istilah yang mirip yakni asal usul oksigen dan kedua kesalahpahaman transfer elektron. Dalam sejarah, A. L. Lavoisier, yang merupakan bapak besar kimia modern di abad 18, mengganggap oksigen sebagai bahan dasar semua asam. Ia juga mendefinisikan oksidasi sebagai pembentukan oksida dari suatu unsur dan oksigen. Definisi asam basa dan redoks yang sekarang muncul jauh setelah Lavoiser. Lebih lanjut, asam Lewis menerima pasangan elektron dari basa membentuk kompleks asam-basa, dan oksidator menangkap elektron dari reduktor seraya mengalami reduksi. Fakta bahwa asam dan oksidator adalah akseptor elektron, dan basa dan reduktor adalah donor elektron, juga merupakan salah satu sumber kebingungan itu.


http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-anorganik-universitas/reaksi-anorganik/asam-basa-lewis-asam-basa-dan-redoks/?utm_source=feedburner&utm_medium=feed&utm_campaign=Feed%3A+chem-is-try+%28Chem-Is-Try.Org+|+Situs+Kimia+Indonesia+|%29&utm_content=Yahoo!+Mail

Fungsi Keasaman Hammet

Ditulis oleh Taro Saito pada 23-10-2009

Konsentrasi ion hidrogen dan pH bermakna hanya dalam larutan encer asam dalam pelarut air. Keasaman dalam larutan pekat dan pelarut non-air diukur dengan menggunakan fungsi keasaman Hammett. Fungsi ini memungkinkan pengukuran keasaman berbagai asam dalam pelarut non-air. Fungsi Keasaman Hammett dalam kesetimbangan

B + H + → BH+

didefinisikan dengan

definisi hammet

dalam larutan encer:

larutan encer hammet

Asam dengan -H0 lebih dari 6 disebut superasam. Asam ini 106 kali lebih kuat dari larutan asam kuat 1 molar. -H0 untuk asam sulfat murni adalah 12.1, 21.1 untuk larutan HF dalam SbF5, dan 26.5 untuk kombinasi HSO3F dan SbF5. Superasam mempunyai kemampuan untuk mengambil H- dari hidrokarbon dan melakukan pertukaran H-D dan pemotongan ikatan C-C, dsb.


http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-anorganik-universitas/reaksi-anorganik/fungsi-keasaman-hammet/?utm_source=feedburner&utm_medium=feed&utm_campaign=Feed%3A+chem-is-try+%28Chem-Is-Try.Org+|+Situs+Kimia+Indonesia+|%29&utm_content=Yahoo!+Mail

Asam Basa Arhenius dan Bronsted Lowry

Ditulis oleh Taro Saito pada 21-10-2009

Definisi asam basa telah berubah dengan waktu. Hal ini bukan masalah definisi yang ketinggalan zaman, namun lebih karena kemudahan menerapkan konsep untuk masalah kimia yang khusus. Oleh karena itu, mengurutkan kekuatan asam basa juga bergantung pada definisi asam basa yang digunakan.

a. Asam basa Arrhenius

Di tahun 1884, Arrhenius mendefinisikan asam adalah zat yang menghasilkan H+ dan basa adalah zat yang menghasilkan OH-. Bila asam adalah HA dan basa BOH, maka HA → H+ + A- dan BOH → B+ + OH-. Bila asam dan basa bereaksi akan dihasilkan air.

b. Asam basa Bronsted Lowry

Dalam teori baru yang diusulkan tahun 1923 secara independen oleh Brønsted dan Lowry, asam didefinisikan sebagai molekul atau ion yang menghasilkan H+ dan molekul atau ion yang menerima H+ merupakan partner asam yakni basa. Basa tidak hanya molekul atau ion yang menghasilkan OH-, tetapi yang menerima H+. Karena asam HA menghasilkan H+ ke air dalam larutan dalam air dan menghasilkan ion oksonium, H3O+, air juga merupakan basa menurut definisi ini.

HA(asam) + H2O(basa) → H3O+(asam konjugat) + A- (basa konjugat)

Di sini H3O+ disebut asam konjugat dan A- adalah basa konjugat. Namun, karena air juga memberikan H+ ke amonia dan menghasilkan NH4+, air juga merupakan asam, seperti diperlihatkan persamaan berikut:

H2O(asam) + NH3 (basa) → NH4+(asam konjugat) + OH- (basa konjugat)

Jadi air dapat berupa asam atau basa bergantung ko-reaktannya. Walaupun definisi Bronsted Lowry tidak terlalu berbeda dengan definisi Arrhenius, definisi ini lebih luas manfaatnya karena dapat digunakan ke sistem asam-basa dalam pelarut non-air.


http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-anorganik-universitas/reaksi-anorganik/asam-basa-arhenius-dan-bronsted-lowry/?utm_source=feedburner&utm_medium=feed&utm_campaign=Feed%3A+chem-is-try+%28Chem-Is-Try.Org+|+Situs+Kimia+Indonesia+|%29&utm_content=Yahoo!+Mail